top of page

IRI HATI VS KASIH

 

I Korintus 3:4-7

4 Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos,” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? 5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. 6 Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. 7 Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.

 

Allah itu adalah Allah yang cemburu. Sering kali kita mendengar kalimat itu. Apa maksudnya? Allah mengasihi kita, tapi kenapa Dia disebut sebagai pencemburu. Allah menjadi cemburu adalah dalam konteks ketika orang mengambil apa yang menjadi milik-Nya dan memberikannya kepada orang lain. Ketika orang membuat patung dan menyembah-nya sebagai ganti diri-Nya, disitulah Dia cemburu. Ketika kita lebih memberhalakan fisik, uang, kepintaran kita, disitulah Dia juga cemburu. Dia akan murka karenanya. Hal ini berbeda dengan konteks cemburunya seorang manusia. Kita cemburu atau iri karena orang lain memiliki hal yang lebih dari apa yang kita miliki. Lebih pintar, lebih kaya, lebih berprestasi.

Kasih itu tidak cemburu. Ketika Allah mengasihi kita, Dia menginginkan semua yang terbaik bisa kita miliki, termasuk nyawa-Nya. Demikian pun orang tua kita. Mereka mengasihi kita sedemikian rupa sehingga mengupayakan semua yang terbaik boleh kita miliki.

Sobat Teruna, kita sudah terlebih dahulu dikasihi oleh Allah. Oleh karenanya, kita harus mengasihi orang lain sebagaimana Allah mengasihi kita dan sebagaimana kita mengasihi diri sendiri. Dengan demikian, mengucapkan selamat dengan tulus kepada mereka yang berprestasi dan turut bersukacita, itulah kasih yang tidak cemburu. Kasih yang tidak cemburu adalah ikut berbahagia dengan orang yang berbahagia, berduka dengan orang yang berduka. Bukan sebaliknya. Mari sobat, bersukacitalah karena teman kita lebih pintar dari kita, lebih cantik, lebih kaya, lebih banyak followers-nya di Instagram atau pun karena terpiih menjadi ketua kelas. Ketika kita bersukacita, kita menyenangkan Tuhan dan juga menyenangkan orang tersebut. Indah, bukan?

 

Berdoalah agar Firman Tuhan hari ini menjadi rhema dalam kehidupan Sobat Teruna :

Ya Tuhan, ajarlah aku untuk bersukacita atas orang yang bersukacita dan berdukacita atas orang yang berdukacita.

bottom of page