top of page

BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI

 

Keluaran 3:1-4;17

1 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. 2 Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. 3 Musa berkata: “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” 4 Ketika dilihat Tuhan, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.”

17 Jadi Aku telah berfirman: Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negeri orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

 

Andri adalah anak yang mempunyai potensi sebagai desainer grafis dan terkenal kreatif di sekolahnya. Siang itu Andri diminta oleh gurunya untuk ikut dalam perlombaan mendesain tingkat daerah mewakili sekolahnya. Ketika itu Andri bingung harus menjawabnya karena dia berfikir pasti akan kalah dengan saingannya dari sekolah lain. Dia berpikir hasil desainnya pasti akan biasa-biasa saja dan tidak terlalu bagus.

Sobat Teruna, sebagai remaja tentu kita pernah dihinggapi perasaan minder, merasa diri kita tidak mampu dan merasa tidak layak untuk menjadi pemimpin dalam mengikuti kegiatan di sekolah.

Dalam bacaan kita kali ini, kita melihat Musa juga adalah manusia biasa seperti kita. Dia mempunyai keterbatasan dan merasa tidak mampu. Hal ini terlihat dari reaksi Musa saat ia dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin bangsa Israel. Saat dipanggil Tuhan, awalnya Musa tidak antusias. Dia tidak mengiyakan karena dia tahu 'siapa dirinya dan latar belakangnya'. "Ada pun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian." (ayat 1a). Selama bertahun-tahun Musa menghabiskan waktu di padang belantara bersama domba-domba mertuanya. Dia berdalih tidak pandai bicara dan tidak bisa meyakinkan orang banyak. Musa merasa bahwa pilihan Tuhan terhadap dirinya itu salah karena dia sama sekali tidak memenuhi kriteria sebagai pemimpin. Namun Tuhan menjawab "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau:..."(ayat 12). Ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan jaminan penyertaan kepada Musa dan akan berkarya melalui hidup Musa.

Sobat, bukankah kita sering berkata seperti Musa? Berbagai dalih dan alasan kita kemukakan untuk menolak panggilan Tuhan dalam hidup kita karena merasa tidak mampu, tidak punya bakat, sok sibuk dan sebagainya. Adalah manusiawi bagi Musa menjadi gentar karena dari seorang gembala domba dipanggil untuk menjadi pemimpin suatu bangsa yang besar. Itu tidak mudah!

Sobat Teruna, sudahkah kita berdamai dengan diri sendiri? Sudahkah kita mencoba menjawab panggilan Tuhan tanpa harus menolak atau mencari alasan agar tidak aktif dalam pelayanan. Jangan kita menunggu kapan kita bisa melakukan pelayanan Allah yang besar, tetapi marilah kita bergandengan tangan dan saling melengkapi melakukan tugas dan pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita dengan setia dan sepenuh hati. Bukan dengan kekuatan dan kehebatan kita tetapi dengan mengandalkan penyertaan Allah.

 

Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :

Tuhan terima kasih karena Engkau sudah mendamaikan hatiku dan menyelamatkan aku.

 

bottom of page