MENGIMANI KEADILAN ALLAH

Ayub 21:16-26
16 Memang, kemujuran mereka tidak terletak dalam kuasa mereka sendiri! Rancangan orang fasik adalah jauh dari padaku. 17 Betapa sering pelita orang fasik dipadamkan, kebinasaan menimpa mereka, dan kesakitan dibagikan Allah kepada mereka dalam murka-Nya! 18 Mereka menjadi seperti jerami di depan angin, seperti sekam yang diterbangkan badai. 19 Bencana untuk dia disimpan Allah bagi anak-anaknya. Sebaiknya, orang itu sendiri diganjar Allah, supaya sadar; 20 sebaiknya matanya sendiri melihat kebinasaannya, dan ia sendiri minum dari murka Yang Mahakuasa! 21 Karena peduli apa ia dengan keluarganya sesudah ia mati, bila telah habis jumlah bulannya? 22 Masakan kepada Allah diajarkan orang pengetahuan, kepada Dia yang mengadili mereka yang di tempat tinggi? 23 Yang seorang mati dengan masih penuh tenaga, dengan sangat tenang dan sentosa; 24 pinggangnya gemuk oleh lemak, dan sumsum tulang-tulangnya masih segar. 25 Yang lain mati dengan sakit hati, dengan tidak pernah merasakan kenikmatan. 26 Tetapi sama-sama mereka terbaring di dalam debu, dan berenga-berenga berkeriapan di atas mereka.
Sobat Teruna, apakah pernah mengalami masa dimana kita melakukan apa yang baik, namun justru mengalami kemalangan? Saat mengalami hal ini, kita mungkin mempertanyakan dan bahkan meragukan keadilan dan kebaikan Allah. Alkitab mencatat, bahwa hal demikian pernah dialami oleh seseorang bernama Ayub. Ayub adalah seorang yang saleh namun kemudian mendapatkan kemalangan. Hartanya hilang, anak-anaknya meninggal dan dia terkena penyakit. Kemalangan ini terjadi atas seizin Tuhan. Bacaan kita hari ini merupakan bagian dari percakapan antar Ayub dan teman-temannya.
Dalam bagian Alkitab yang kita baca ini, kita dapat melihat bagaimana iman Ayub yang tetap kokoh kepada Allah yang adil (ay. 22). Ayub tetap percaya bahwa orang jahat akan dihukum, orang yang baik dan benar akan dilindungi oleh Allah. Ayub tetap mengimani bahwa Dia adalah Allah yang adil dan yang akan menghukum orang fasik.
Sobat Teruna, di tengah-tengah kondisi yang nampaknya penuh dengan ketidakadilan, mari kita tetap mengimani dan memercayai bahwa Allah tetap adil. Meski nampaknya orang benar mengalami kemalangan, tapi kiranya kita tetap tidak melupakan bahwa Dia Allah yang adil, yang membalas manusia setimpal dengan perbuatannya. Mari kita belajar dari teladan Ayub yang tetap mengimani keadilan Allah meski kondisi yang dia alami bukan karena kesalahan dan kefasikannya, tapi dia tetap mengimani bahwa Allah itu adil.
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :
Tuhan, tolong aku terus mengimani keadilan-Mu di tengah-tengah kondisi ketidakadilan sekalipun.