top of page

ZIARAH DALAM PENDAKIAN

 

Mazmur 104:1-9

1 Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, 2 yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda, 3 yang mendirikan kamar-kamar loteng-Mu di air, yang menjadikan awan-awan sebagai kendaraan-Mu, yang bergerak di atas sayap angin, 4 yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu, 5 yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya. 6 Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung-gunung. 7 Terhadap hardik-Mu air itu melarikan diri, lari kebingungan terhadap suara guntur-Mu, 8 naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kautetapkan bagi mereka. 9 Batas Kautentukan, takkan mereka lewati, takkan kembali mereka menyelubungi bumi.

 

Perjalanan mendaki gunung dapat menjadi semacam ritual ziarah bila dilakukan dengan benar. Banyak orang salah kaprah menyebutkan dirinya telah menaklukkan gunung, padahal dalam perjalanan tidak ada gunung yang akhirnya takluk pada pendaki. Yang terjadi malah para pendaki yang pegal-pegal dan kelelahan setelah pendakian. Bila direnungkan sesungguhnya perjalanan mendaki adalah ritual penaklukan diri sendiri terhadap tantangan alam. Mencapai puncak gunung bukanlah hanya untuk kebanggaan dengan meninggalkan bekas bahwa kita pernah di sana. Hadiah terbaiknya adalah pemandangan ajaib nan indah karya agung sang Pencipta. Suasana tenang dan takjub karena Tuhan mengizinkan kita menyaksikan itu semua.

Pemandangan ajaib itu tidak mudah untuk dilukiskan dengan kata-kata, namun Mazmur bacaan hari ini mengingatkan kita akan pemandangan yang mungkin hanya dapat dirasakan langsung oleh para pendaki. Pada ketinggian tertentu, awan seperti berkejaran namun berada di bawah kita. Saat tertentu awan terlihat seperti karpet terbentang di antara puncak-puncak gunung. Matahari seperti terbit atau tenggelam dari bentangan awan. Saat-saat seperti itulah kita dapat berkata pada diri kita: “Pujilah Tuhan hai Jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sangat besar.”

Kita tidak akan takut untuk menembus rimba mendaki gunung karena angin adalah suruhan-Nya dan air takluk pada-Nya. Alam ini ada dalam kuasa Tuhan. Suara guntur adalah tanda kehadiran-Nya. Kita tidak akan meninggalkan kerusakan atau bekas kotoran pada bentangan alam karena Mazmur menggambarkan Allah berpakaian keagungan dan semarak, berselimutkan terang dan bertendakan langit. Semua keindahan itu untuk kita. Bila ada kesempatan mendakilah ke gunung bersama orang-orang terdekat tapi jangan meninggalkan kotoran dan kerusakan di sana. Nikmatilah, syukurilah, dan Pujilah Tuhan.

 

Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :

Tuhan terimakasih atas semua karya-Mu atas alam di bumi ini. Tolong aku agar mampu menikmati dan menjaganya sesuai firman-Mu.

 

bottom of page