top of page

SEMAKIN TINGGI SEMAKIN RENDAH HATI

 

Nehemia 2:1-5

1 Pada bulan Nisan tahun kedua puluh pemerintahan raja Artahsasta, ketika menjadi tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menyampaikannya kepada raja. Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja, 2 bertanyalah ia kepadaku: “Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit? Engkau tentu sedih hati.” Lalu aku menjadi sangat takut. 3 Jawabku kepada raja: “Hiduplah raja untuk selamanya! Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?” 4 Lalu kata raja kepadaku: “Jadi, apa yang kauinginkan?” Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit, 5 kemudian jawabku kepada raja: “Jika raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah aku ke Yehuda, ke kota pekuburan nenek moyangku, supaya aku membangunnya kembali.”

 

“Semakin tinggi kita ditempatkan, semakin rendah hati kita harus berjalan”. Demikian kutipan dari Marcus Tullius Cicero, seorang negarawan dan penulis Romawi Kuno pada tahun 106SM-43SM. Cicero hendak mengatakan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang tidak seharusnya menjadikannya sombong, tetapi tetap memiliki kerendahan hati.

Menyediakan dan memberikan minuman anggur kepada raja Artahsasta adalah tugas yang biasa dilakukan oleh Nehemia dengan penuh hormat dan sukacita, karena tidak sembarang orang dapat mengerjakannya kecuali juru minuman untuk raja. Namun hari itu berbeda dengan biasanya, ketika Nehemia sedang menjalankankan tugasnya, nampak wajahnya sedih karena memikirkan bangsanya yang porak poranda. Hal tersebut terlihat dengan jelas oleh raja Artahsasta dan bisa saja Nehemia dihukum karena dianggap tidak menjalankan tugasnya dengan baik, yang membuat Nehemia menjadi sangat takut. Tetapi raja Artahsasta tidak menghukumnya namun bertanya kepada Nehemia apa yang terjadi dengannya. Nehemia menceritakan apa yang menjadi kegelisahan hatinya saat itu. Setelah memohon petunjuk kepada Tuhan, ia menyampaikan maksud untuk pergi ke Yehuda dan membangun kembali tembok Yerusalem. Walaupun sudah hidup dan tinggal dengan nyaman dan mempunyai kedudukan penting sebagai juru minuman raja Artahsasta di Persia, Nehemia tidak memikirkan dirinya sendiri. Bahkan memberikan diri untuk sementara kembali pulang ke Yehuda, membangun kembali tembok Yerusalem yang telah diruntuhkan oleh bangsa Babel. Tuhan menjawab doa syafaat Nehemia, dengan menggerakkan hati raja Artahsasta untuk memberikan ijin kepada Nehemia pulang ke bangsanya dan membangun kembali tembok Yerusalem.

Kerendahan hati adalah karakter seorang pembawa damai. Sobat Teruna, tetaplah miliki kerendahan hati agar dimana pun Tuhan tempatkan kita senantiasa dapat menjadi berkat bagi sesama.

 

Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :

Ya Tuhan Yesus yang baik, tolong aku agar terus memiliki kerendahan hati dan tidak memikirkan kepentingan diri sendiri tetapi memperhatikan kepentingan orang lain juga.

 

bottom of page