MENGOSONGKAN DIRI?

Yesaya 50:4-9
4 Tuhan ALLAH telah memberikan kepadakulidah seorang murid,supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat barukepada orang yang letih lesu.Setiap pagi Ia mempertajam pendengarankuuntuk mendengar seperti seorang murid. 5 Tuhan ALLAH telah membuka telingaku,dan aku tidak memberontak,tidak berpaling ke belakang. 6 Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku,dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku.Aku tidak menyembunyikan mukakuketika aku dinodai dan diludahi. 7 Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku;sebab itu aku tidak mendapat noda.Sebab itu aku meneguhkan hatikuseperti keteguhan gunung batukarena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. 8 Dia yang menyatakan aku benar telah dekat.Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku beperkara?Biarlah ia mendekat kepadaku! 9 Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku;siapakah yang berani menyatakan aku bersalah? Sesungguhnya, mereka semua akan memburuk seperti pakaian yang sudah usang;ngengat akan memakan mereka.
Bunda Teresa berkata “Agar cinta menjadi nyata, harus berbiaya, harus sakit, dan harus mengosongkan diri kita dahulu”. Pernyataan ini lahir dari sebuah pengalaman imannya dalam membangun relasi dengan Tuhan Yesus. Ia menjalankan hidup dengan mengikuti apa yang Tuhan Yesus teladankan. Anugerah Keselamatan Tuhan Yesus merupakan wujud nyata dari Cinta Kasih Allah. Untuk mewujudkan Cinta Kasih Allah itu dibutuhkan pengorbanan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus yaitu mengosongkan diri-Nya untuk menjadi sama dengan manusia sehingga mengalami penderitaan dan mati di kayu Salib.
Yesaya 50: 4-9 menggambarkan kehidupan Nabi yang mampu mengosongkan diri dalam menjalankan kehidupannya sebagai panggilan dan pengutusan Allah dalam hidupnya. Sang Nabimengimani bahwa Allah memberinya lidah seorang murid untuk menyampaikan kepada orang lain pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dan mempertajam pendengarannya untuk memperoleh banyak informasi yang berguna baginya. Menurutnya, dia diutus untuk menghibur dan menguatkan bangsa Israel yang menderita di tanah pembuangan. Namun, dia sadar bahwa memberitakan kebenaran pasti akan berhadapan dengan berbagai penderitaan. Tetapi dia menerima penderitaan itu tanpa keluhan. Mengapa? Karena dia percaya akan pertolongan Allah dalam hidupnya.
Sobat Teruna, hari ini kita belajar bahwa kita memiliki tugas untuk mendengar dan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan yaitu menyampaikan berita Kebenaran-Nya. Namun, tugas itu hanya bisa dilakukan jika kita mengosongkan diri. Apa itu mengosongkan diri? Mengosongkan diri artinya menempatkan kehendak Allah di atas keinginan pribadi. Apa yang Allah perintahkan senantiasa kita kerjakan dengan rendah hati, tabah dan setia meskipun banyak menghadapi penderitaan.Kesediaan kita menjalani tugas dan menghadapi penderitaan merupakan bukti bahwa kita telah mengosongkan diri demi rencana Allah.
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :
Ya, Tuhan berikanku keberanian untuk mengosongkan diri agar rencana-Mu dapat dinyatakan melalui kehidupanku.