KITA ADALAH SURAT TERBUKA

II Korintus 3:1-6
1 Adakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu? 2 Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. 3 Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. 4 Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. 5 Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. 6 Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
Pernahkah mendengar istilah “Sahabat Pena”? Di era tahun 80-an istilah “sahabat pena” tidaklah asing. “Sahabat pena” adalah seseorang yang kita jadikan sahabat atau teman melalui surat-menyurat. Bisa jadi orangtua atau kakak-kakak yang lahir di tahun 1970-an melakukan dan mengalami persahabatan melalui surat-menyurat. Seiring dengan kemajuan teknologi. kebiasaan mengirim surat sudah memudar. Bahkan hilang. Komunikasi diganti dengan SMS, email, atau WhatsApp. Menulis surat sudah menjadi kegiatan langka saat ini.
Menjadi surat terbuka yang dikenal dan dibaca semua orang adalah harapan Paulus bagi jemaat di Korintus, yaitu melalui perbuatan dan tindakan. Surat tersebut ditulis di dalam hati oleh Roh Allah yang hidup. Roh yang memberi dampak pada kualitas pelayanan. Sukacita, tulus dan tanpa pamrih menjadi semangat pelayanan. Jemaat dikuatkan bahwa semua kegiatan pelayanan hanya tertuju dari Allah yang empunya pelayanan, untuk melayani Tuhan dan hanya bagi kemuliaan nama-Nya.
Pertanyaan bagi kita adalah apakah kita mau menjadi surat terbuka? Surat terbuka yang bisa dibaca melalui perilaku dan perbuatan. Bisa dirasakan melalui hubungan interaksi antar sesama dan menjadi teladan untuk lingkungan dimana kita hadir. Mungkin sulit bagi kita selaku teruna. Ya, sulit jika kita menutup diri dari panggilan Tuhan. Mari membuka hati atas panggilan-Nya. Jangan merasa masih muda. Sesungguhnya Tuhan tidak memandang apakah kita masih muda atau tidak. Tuhan memanggil bagi yang siap dan mau menerima panggilan pelayanan dalam mewujudkan rencanya-Nya. Siap membuka diri menerima serta melakukan panggilan-Nya kapan pun Tuhan pakai. Dengan demikian, Tuhan “menulis” dalam hati kita agar kita menjadi surat terbuka yang bisa dibaca melalui pelayanan kita.
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :
Bapa, jadikanlah aku sebagai surat terbuka bagi sesama melalui perkataan, perbuatan dan kegiatan sehari-hari.