top of page

UDANG DI BALIK BATU

 

II Samuel 15:1-6

1 Sesudah itu Absalom menyediakan baginya sebuah kereta serta kuda dan lima puluh orang yang berlari di depannya. 2 Maka setiap pagi berdirilah Absalom di tepi jalan yang menuju pintu gerbang. Setiap orang yang mempunyai perkara dan yang mau masuk menghadap raja untuk diadili perkaranya, orang itu dipanggil Absalom dan ditanyai: “Dari kota manakah engkau?” Apabila ia menjawab: “Hambamu ini datang dari suku Israel anu,” 3 maka berkatalah Absalom kepadanya: “Lihat, perkaramu itu baik dan benar, tetapi dari pihak raja tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan engkau.” 4 Lagi kata Absalom: “Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini! Maka setiap orang yang mempunyai perkara atau pertikaian hukum boleh datang kepadaku, dan aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil.” 5 Apabila seseorang datang mendekat untuk sujud menyembah kepadanya, maka diulurkannyalah tangannya, dipegangnya orang itu dan diciumnya. 6 Cara yang demikianlah diperbuat Absalom kepada semua orang Israel yang mau masuk menghadap untuk diadili perkaranya oleh raja, dan demikianlah Absalom mencuri hati orang-orang Israel.

 

“Ini kesempatan, Sit!” Maria sambil menunjukkan pamflet bakti sosial gereja. “Mereka butuh tenaga tambahan untuk panitia kegiatan ini. Sebaiknya kamu daftar saja jadi seksi acara. Ketuanya Kak Toni, loh.” Wajah Sita memerah. Toni, kakak pengurus Gerakan Pemuda di gerejanya yang selama ini ia kagumi. “Tapi, aku males ikut yang beginian,” kata Sita. Maria menggoda temannya itu, “Ikut aja, Sit. Siapa tahu bisa jadi dekat.” Hmm iya juga sih, batin Sita.

Yang dilakukan oleh Absalom terlihat sangat baik dan tulus (ayat 2, 5-6). Namun, kita mulai dapat melihat motivasi Absalom yang sesungguhnya. Ia menjelekkan pemerintahan ayahnya di mata rakyat yang datang kepadanya (ayat 3). Ia menyelipkan kepentingannya di sela-sela perbuatan baiknya dengan menjanjikan pemerintahan yang lebih baik jika kekuasaan itu diberikan kepadanya (ayat 4). Motivasinya untuk melayani bukan dari hati yang tulus melayani, melainkan keinginan merebut kerajaan ayahnya untuk dirinya sendiri.

Sobat Teruna, sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, Tuhan menghendaki kita untuk melakukan pekerjaan baik (Efesus 2:10). Tuhan juga melihat motivasi kita berbuat baik. Mari kita periksa hati kembali. Apakah kita melakukan kebaikan agar mendapat perhatian orang lain seperti Sita atau agar orang lain untuk mendukung tujuan pribadi kita, seperti Absalom? Jika ya, kita sedang memaksakan kehendak kita sendiri bukan kehendak Tuhan. Mari kita melayani keluarga, gereja dan orang-orang di sekitar kita dengan sikap hati yang benar, yang tertuju hanya kepada Allah.

 

Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :

Tuhan, tolong aku untuk melayani-Mu dan sesama dengan hati yang benar. Tolong aku agar motivasiku melayani dan berbuat baik adalah untuk menyenangkan hati Tuhan saja.

 

bottom of page