top of page

RELA BERKORBAN – WUJUD KASIH & KERENDAHAN HATI

 

Filipi 2:1-11

1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, 3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. 5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

 

Belum lama ini ramai dibicarakan di berbagai media mengenai kecerobohan Amirul Ashrafiq Hanifah, pemain sepak bola U-16 asal Malaysia yang memasang bendera Indonesia secara terbaik dalam unggahan foto di media sosial bersama dengan timnya. Hal ini tentunya mengundang protes keras dari kubu Indonesia yang tidak sudi lambang kebesaran bangsanya dilecehkan. Akibat tindakannya itu Amirul diberikan sanksi serius dan terancam dicoret dari skuad tim Malaysia yang akan berlaga. Setiap orang akan melakukan apa pun demi mempertahankan kehormatan dan harga diri miliknya. Apa pun rela dikorbankan demi menjaga kehormatan diri, komunitas, atau pun bangsanya.

Hal ini bebeda dengan tindakan Yesus yang mau merendahkan diri sedemikian rupa. Dia tidak menganggap posisi-Nya yang setara dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (ayat 6), melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang Hamba serta menjadi sama dengan manusia (ayat 7). Bukan hanya itu saja, dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib (ayat 9). Menurut tradisi Yahudi saat itu hukuman salib dipandang sebagi hukuman untuk orang-orang yang hina. Namun demikian justru dalam sikap rendah hati yang demikian Allah meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama (ayat 10).

Sobat Teruna, sikap rendah hati dan rela berkorban atas dasar kasih yang ditunjukkankan Yesus ini harus kita teladani. Ini harus menjadi gaya hidup kita setiap hari di rumah, di sekolah, di gereja, di mana pun kita berada. Ingat, tidak ada sikap rela berkorban yang murni yang tidak didasari oleh kasih dan kerendahan hati!

 

Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :

Tuhan ajar aku untuk memiliki kasih dan kerendahan hati yang tulus yang membawa kepada sikap rela berkorban yang murni

 

bottom of page