MENTAL PENDAKI GUNUNG

Galatia 6:1-6
1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. 2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. 3 Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. 4 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. 5 Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. 6Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.
Mendaki gunung tentunya merupakan kegiatan yang sangat positif. Di samping menyehatkan secara fisik karena berpeluh melintasi alam dengan udara yang segar, kegiatan pendakian gunung yang dilakukan dalam sebuah tim juga membentuk mental kita untuk mempunyai tenggang rasa dan kesadaran tolong menolong yang tinggi. Orang-orang yang sudah mempunyai jam terbang tinggi dalam dunia pendakian gunung bahkan menganggap proses perjalanan mencapai puncak gunung adalah cerminan pembelajaran kehidupan yang sesungguhnya. Karena di dalamnya akan terjadi konflik-konflik yang membentuk kita menjadi orang yang tidak egois, tetap tenang di segala tantangan, tetap berpikir jernih dalam menghadapi tekanan, meletakkan kepentingan tim di atas kepentingan pribadi, dll.
Sebagai sebuah jemaat yang bertumbuh, Paulus mengharapkan jemaat Galatia mempunyai semangat “kerja sama tim” yang sama dengan mental seorang pendaki gunung di atas. Ketika ada anggota tim yang membuat kesalahan, kita harus memimpin orang itu ke jalan yang benar (ayat 1). Beban seseorang di dalam tim harus menjadi beban bersama sehingga tolong menolong sudah harus menjadi kebiasaan yang melekat di dalam diri setiap anggota tim (ayat 2). Kita tidak boleh menganggap diri kita sendiri lebih penting dari orang lain (ayat 3) dan tanpa harus menguji pekerjaan orang lain diharapkan masing-masing anggota tim menguji tugas dan tanggungjawabnya sendiri (ayat 4).
Sobat Teruna, di dalam manjalani hidup sehari-hari, milikilah mental seorang pendaki gunung. Yang bukan hanya tegar menghadapi segala tantangan dalam mencapai tujuan, tetapi juga rela berkorban dan memberi diri untuk menjadi penolong bagi orang lain. “Bertolong-tolonglah kamu menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”.
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :
Berikanlah kepekaan dalam diriku ya Tuhan, untuk tidak egois dan lebih peduli kepada orang lain.