JANJI ALLAH PENUH HIKMAT

Ayub 32 : 1-6
1 Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar. 2 Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah, 3 dan ia juga marah terhadap ketiga orang sahabat itu, karena mereka mempersalahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan. 4 Elihu menangguhkan bicaranya dengan Ayub, karena mereka lebih tua dari pada dia. 5 Tetapi setelah dilihatnya, bahwa mulut ketiga orang itu tidak lagi memberi sanggahan, maka marahlah ia. 6 Lalu berbicaralah Elihu bin Barakheel, orang Bus itu: “Aku masih muda dan kamu sudah berumur tinggi; oleh sebab itu aku malu dan takut mengemukakan pendapatku kepadamu.
Sobat Teruna, mungkin kita akan menjawab “Salomo” apabila ditanyakan siapakah orang yang paling berhikmat. Betul. Allah memberi Salomo hikmat berlimpah pada masa mudanya sesuai permintaanya. Jadi apa yang merupakan pendapat Elihu dalam bacaan kita hari ini tidak sesuai. Elihu menganggap bahwa mereka yang berhikmat adalah mereka yang sudah lanjut usia, tidak demikian halnya dengan orang muda. Elihu juga mengatakan bahwa hikmat berasal dari Allah. Hanya roh Allah yang memungkinkan seseorang memiliki hikmat. Dalam hal ini, Elihu benar. Namun, maksud Elihu mengatakan itu bukanlah untuk memuliakan Tuhan, melainkan untuk untuk menyalahkan Ayub.
Ayub diizinkan Tuhan mengalami penderitaan. Bukan hanya kehilangan harta benda dan orang-orang yang dikasihi, melainkan juga mengalami sakit penyakit bahkan dipersalahkan oleh istri dan sahabat-sahabatnya. Ayub tetap mengasihi Allah. Sedikit pun tidak ada maksud untuk menyakiti Allah walaupun kondisinya begitu berantakan. Allah yang memberi dia hikmat. Janji Allah bagi dia penuh hikmat.
Sobat Teruna, bisa jadi penderitaan kita tidak seperti apa yang dialami Ayub. Kita menderita karena dianggap ‘sok suci’ ketika tidak memberi sontekan, dianggap ‘anak mami’ ketika tidak mau diajak pulang larut malam, dianggap ‘cemen’ ketika tidak mau mengikuti cara berpacaran yang tidak benar, dan banyak lagi. Yakinlah, ketika kita bertahan dalam penderitaan itu, maka hikmat Allah akan semakin ditambahkan kepada kita. Sebagaimana Ayub, pada akhirnya dia mendapatkan berlipat kali ganda dari apa yang pernah dimilikinya. Tujuan kita bukan itu, tapi itu adalah akibat dari kesetiaan. Maukah masuk dalam janji Allah yang penuh hikmat? Bersukacitalah dalam penderitaan oleh karena nama Tuhan.
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :
Berikan aku hikmat-Mu Tuhan pada usia mudaku ini. Dan dengan hikmat-Mu aku dimampukan menghadapi berbagai tantangan pergaulan.