MENDENGAR NASIHAT, WHY NOT?

Keluaran 18 : 13-16
13 Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang. 14 Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: “Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?” 15 Kata Musa kepada mertuanya itu: “Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah. 16 Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah.”
Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita sering diberikan saran dan nasihat dari orang lain. Entah itu dari orang tua, guru di sekolah, teman maupun yang lain. Biasanya nasihat dan saran berangkat dari pendapat orang lain untuk kebaikan kita. Pertanyaannya, seberapa sering kita mau dan mampu mendengar nasihat orang lain, apalagi orang tua?
Bacaan kita pagi ini memperlihatkan adanya dialog antara Musa dan Yitro yang adalah mertuanya dan tentu itu berarti juga orang tua Musa. Sebagai orang tua rasanya sangat wajar jika Yitro memberikan masukan dan nasihat untuk kebaikan Musa. Apalagi dalam kehidupan Musa sebagai seorang pemimpin. Dalam percakapan antara mereka, Yitro mempertanyakan tentang cara yang dikembangkan Musa dalam menyelesaikan persoalan bangsa Israel. Yitro berpendapat, sebagai seorang pemimpin tak semestinya Musa bekerja seorang diri, seolah tidak ada yang bisa dan mampu. Benar bahwa yang Musa kerjakan adalah baik yaitu menolong bangsa Israel menyelesaikan persoalannya dengan memberitahukan keputusan-keputusan Allah (ay. 16). Tetapi Yitro juga benar bahwa sebagai pemimpin, Musa perlu melibatkan dan memberdayakan (empowerment) kehadiran orang lain. Dalam hal ini Musa sadar, bahwa ia dipilih menjadi pemimpin karena pemberian Tuhan. Itu sebabnya dalam keputusan dan menyelesaikan masalah sekalipun, Musa tetap meminta petunjuk dan kehendak Tuhan.
Dari dialog seorang Musa dan Yitro, kita belajar dua hal: Pertama, sebagai orang tua, Yitro bijaksana. Ia menghormati kepemimpinan Musa bagi bangsa Israel dan bertanggung jawab untuk memberikan nasihat yang baik. Kedua, Musa berbesar hati mendengar dan melakukan nasihat orang tuanya.
Sobat Teruna, mari kita beri telinga untuk mendengar nasihat orang tua dan melakukannya untuk membuat kita berhasil.
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :
Berilah aku kemampuan untuk memberi hati agar selalu mendengar nasehat sebagai hal yang baik ya Kristus.