DAMAI

Matius 5 : 21-24
21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
Sobat Teruna, masa remaja adalah masa seseorang untuk mencari identitas diri. Pada masa ini, menjadi sebuah kecendrungan untuk seorang remaja mau mencoba apa saja untuk membuktikan jati dirinya. Merokok, memakai pakaian yang digandrungi oleh usia remaja, memotong rambut ala anak muda, bahkan terkadang mencoba untuk melakukan hal-hal yang ekstrim, mengikuti trek-trekan motor, tidak masuk sekolah alias bolos. Semuanya dilakukan dengan pola pikir: “Ini gaya muda”. Kami tidak boleh di larang atau dibatasi. Zaman kami sudah berbeda dengan zaman orangtua. Akibatnya, sering ada konflik antara orangtua-anak oleh karena orangtua yang dianggap tidak memahami anak atau sebaliknya anak yang tidak memahami orangtua. Anak yang terlalu banyak dinasihati dan diatur dengan aturan-aturan rumah, bagi orangtua, tujuannya untuk kebaikan. Tetapi, bagi anak, ini terlalu kolot alias ketinggalan zaman, merasa di kekang kebebasannya dan sebagainya. Kalau sudah begini, ajakan damai hanya menjadi sebuah slogan semata.
Sobat Teruna, perikop hari ini mengingatkan kita semua bahwa hal utama dalam hidup yaitu DAMAI. Damai dengan Tuhan, orangtua dan sesama. Bagaimana caranya? Yesus menegaskan dalam perikop ini bahwa orang yang marah, mengeluarkan kata-kata kotor, menghina orang lain dapat merusak hubungan dengan sesama. Orang tersebut akan mendapatkan hukuman sebagai konsekwensinya. Tetapi, yang terutama adalah menyadari kesalahan serta mau meminta maaf. Membawa persembahan kepada Tuhan berarti membangun hubungan damai dengan Tuhan dan ditunjukkan dalam hubungan dengan orangtua dan sesama. Oleh sebab itu, Yesus tegas kepada orang yang datang membawa persembahan.
Sobat Teruna, damai adalah cara tepat untuk membicarakan segala persoalan. Damai harus mulai dari diri sendiri. Tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar asal kita damai. Renungkanlah !
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini menjadi berkat dalam kehidupan Sobat Teruna :
Tuhan tolong kami untuk membawa damai di manapun kami berada.