MENERIMA TEGURAN

Hagai 2 : 11 - 15
11 Pada tanggal dua puluh empat bulan yang kesembilan, pada tahun yang kedua zaman Darius, datanglah firman Tuhan kepada nabi Hagai, bunyinya: 12 “Beginilah firman Tuhan semesta alam itu: Tanyakanlah pengajaran kepada para imam. 13 Andaikata seseorang membawa daging kudus dalam punca bajunya, lalu dengan puncanya itu ia menyentuh roti atau sesuatu masakan atau anggur atau minyak atau sesuatu yang dapat dimakan, menjadi kuduskah yang disentuh itu?” Lalu para imam itu menjawab, katanya: “Tidak!” 14 Berkatalah pula Hagai: “Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu?” Lalu para imam itu menjawab, katanya: “Tentu!” 15 Maka berbicaralah Hagai, katanya: “Begitu juga dengan umat ini dan dengan bangsa ini di hadapan-Ku, demikianlah firman Tuhan, dan dengan segala yang dibuat tangan mereka; dan yang dipersembahkan mereka di sana adalah najis.”
Alkitab Terjemahan Baru © 1974, Indonesian Bible Society – Lembaga Alkitab Indonesia
Ada dua orang kakak beradik yang tumbuh bersama, namun punya sikap yang berbeda. Perbedaan itu muncul karena didikan yang mereka terima. Ketika si kakak berbuat salah, dia selalu ditegur oleh orang tuanya, sehingga waktu dewasa, dia menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab. Berbeda dengan si adik. Ketika berbuat salah, tidak pernah ditegur oleh orang tuanya. Alhasil, saat bertumbuh makin besar, dia menjadi pribadi yang egois, manja dan tidak bertanggungjawab.
Sobat Teruna, bacaan Alkitab hari ini bercerita tentang teguran Tuhan kepada umat Yehuda. Tuhan melihat ada kesalahan yang mereka perbuat. Mereka tidak mau memprioritaskan pekerjaan Tuhan. Mereka menunda-nunda menyelesaikan pembangunan bait Allah. Selain itu, ada di antara umat yang melakukan ibadah yang salah. Mereka memberikan persembahan yang buruk kepada Tuhan (ayat 15), sehingga dihukum dengan gagal panen (ayat 16-20). Itulah bentuk teguran Tuhan. Ada rasa sakit saat menerimanya, namun bisa berbuah baik bagi hidup umat.
Sobat Teruna, ada beberapa sikap orang ketika ditegur. Pertama, mendengarkannya lalu mengubah sikap menjadi lebih baik. Kedua, bersikap cuek atau antipati terhadap teguran. Ia merasa bahwa teguran itu tidak penting bagi dirinya. Memang, kebanyakan orang akan merasa lebih senang mendengar sebuah pujian dibanding sebuah teguran. Padahal kita membutuhkan teguran, walaupun sulit dan tidak enak rasanya. Teguran itu ibarat “jamu”. Ia memang pahit, tetapi mampu menyehatkan. Teguran dapat mencegah kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Tuhan. Teguran adalah didikan dari Tuhan untuk membentuk karakter kita. So, apabila hari ini sobat Teruna menerima sebuah teguran, hal pertama yang harus diperbuat adalah menerima dengan tenang dan sabar, ya guys!
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini bisa berakar, tumbuh dan berbuah dalam kehidupan Sobat Teruna :
Tuhan, aku bersyukur karena dalam hidup ini memperoleh teguran yang mendidikku menjadi lebih baik. Aku mohon kuatkanlah aku untuk bisa tenang dan sabar menerimanya, serta berkatilah mereka yang sudah memberikan teguran dengan tulus.