BUAH MANIS KESETIAAN

Lukas 16 : 10 - 18
10 ”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? 13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” 14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. 15 Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah. 16 Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. 17 Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal. 18 Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah.”
Alkitab Terjemahan Baru © 1974, Indonesian Bible Society – Lembaga Alkitab Indonesia
Sobat Teruna, kepercayaan adalah hal yang penting dan mahal harganya. Ketika dipercayakan untuk menjaga dan merawat sesuatu, berarti kita diberi tanggungjawab oleh yang mempercayakan tugas itu. Contoh tentang hal ini dapat dijumpai pada diri Musa, Yusuf, Daniel dan Daud. Ketika diberi kepercayaan, mereka sanggup belajar dari pekerjaan kecil untuk menumbuhkan diri sendiri menjadi pemimpin besar. Kisah tentang bendahara yang berlaku tidak jujur dipakai Yesus untuk menegaskan tentang tanggungjawab dan pengabdian kepada Allah secara mutlak. Allah adalah satu-satunya dan tidak bisa dibagi dengan mempertuankan hal–hal duniawi. Sindiran Yesus kepada orang-orang Farisi yang munafik memberi indikasi bahwa ada hal yang tidak benar yang telah mereka praktekkan. Kesetiaan kepada Allah, penekanannya hanya pada aspek rutinitas/formalitas ibadah serta banyak bicara tentang ajaran agama, tetapi pada sisi lain masih mengejar mamon yaitu harta duniawi.
Sobat Teruna, sebagai orang-orang muda yang beriman kepada Yesus Kristus, kita diajak untuk melihat bahwa berkat Tuhan sudah dianugerahkan kepada kita yaitu keselamatan. Tuhan telah memercayakan kepada kita banyak hal kecil, mulai dari pekerjaan sederhana di rumah, untuk mempersiapan hal besar bagi masa depan nanti. Kita bisa menjadi bendahara kasih Allah. Misalnya memegang kepercayaan yang diberikan orang tua dalam menempuh pendidikan. Belajar dengan sungguh adalah hal kecil menuju masa depan yang besar.
Yesus menginginkan setiap perbuatan kita adalah bentuk tanggungjawab dalam kesetiaan dan kejujuran. Mulailah dengan merawat kepercayaan yang kita terima dari orang tua dengan mempergunakan waktu belajar secara baik. Lompatan kecil dalam mengembangkan kepercayaan yaitu berlaku jujur, dapat membawa kita pada lompatan besar menuju masa depan yang cerah.
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini bisa berakar, tumbuh dan berbuah dalam kehidupan Sobat Teruna :
Tolonglah ya Tuhan Yesus, supaya aku memusat kehidupanku untuk memuliakan-Mu dengan memakai firman-Mu sebagai pedoman pada jalan hidupku.