IMAN BUKANLAH PERASAAN

Keluaran 14 : 15 - 22
15 Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ”Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. 16 Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. 17 Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. 18 Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.” 19 Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. 20 Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu. 21 Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. 22 Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.
Alkitab Terjemahan Baru © 1974, Indonesian Bible Society – Lembaga Alkitab Indonesia
Sebuah pepatah mengatakan: "Seperti akan buah simalakama. Dimakan bapak mati. Tidak dimakan ibu mati.” Pepatah ini sering dituturkan saat kita merasa sulit mengambil keputusan di tengah keadaan yang rumit. Kita dipaksa untuk mengambil keputusan dengan tepat, lugas dan cerdas.
Musa mengalaminya saat membawa Israel keluar dari Mesir. Ia merasa tidak ada jalan keluar untuk bebas dari maut. Di depan ada laut dan belakang tampak pasukan Mesir, tetapi Allah memerintahkan kepada orang Israel untuk berangkat. Sungguh suatu hal yang tidak mungkin dilakukan dan mustahil dalam pandangan manusia. Namun demikian, bersamaan dengan perintah Allah itu ada malaikat yang awalnya berjalan di depan pasukan Israel, lalu berpindah ke belakang. Allah sendiri yang berjalan di depan pasukan Israel dalam tiang awan dan api. Sesudah perpindahan itu, Musa mengulurkan tongkatnya ke laut. Air terbelah di pagi buta dan orang-orang Israel dapat masuk dan berjalan di tengah-tengah laut pada tempat yang kering. Di bagian Utara dan Selatan, air menjadi tembok bagi mereka. Pasukan Mesir tidak dapat lagi mundur karena air telah menyelubungi mereka. Kuasa Allah nyata atas peristiwa ini. Kuasa Allah dinyatakan atas Israel dan Mesir.
Sobat Teruna, dalam hidup ini kadang kita mengalami hal serupa dengan Israel. Maju kena, mundur kena. Namun demikian, jika Tuhan yang menyuruh untuk berangkat, meskipun ada perasaan cemas, maka kita harus tetap melaksanakannya. Hal tersebut menolong kita untuk belajar percaya pada kuasa Tuhan. Sebab, iman bukan perasaan. Iman adalah keyakinan dan keteguhan hati pada janji penyertaan Tuhan. Jangan biarkan apa yang dirasakan membuat kita meragukan yang Tuhan katakan.
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini bisa berakar, tumbuh dan berbuah dalam kehidupan Sobat Teruna :
Tuhan tolong ajarlah aku untuk hidup berdasarkan iman kepada-Mu bukan perasaanku sendiri.