OXYMORON: GOOD GRIEF!

1 Tesalonika 4 : 13 - 18
13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. 16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.
Alkitab Terjemahan Baru © 1974, Indonesian Bible Society – Lembaga Alkitab Indonesia
Sobat Teruna, apakah pernah mendengar istilah Oxymoron? Itu adalah ungkapan dalam bahasa Inggris yang memiliki arti bertentangan satu sama lain. Contohnya: Good grief. Good berarti baik. Grief berarti duka. Bila disatukan, maka maknanya sama dengan “Ya Ampun.” Unik tapi nyata ya.
Dalam pembacaan kita hari ini, Rasul Paulus menasihati Jemaat di Tesalonika untuk melihat situasi dukacita seperti kematian sebagai peristiwa sukacita. Berpisah dengan orang kecintaan karena meninggal memang membuat sedih. Walaupun demikian, jemaat tetap harus bersukacita karena yang tercinta itu bertemu dengan Sang Juruselamat (ay.13-14). Inilah sebuah bentuk iman yang oxymoron!
Berbicara tentang oxymoron, ada sebuah kisah menarik yang terjadi saat tragedi kapal Titanic. Team ensamble music yang bertugas untuk membuat suasana kapal menjadi ceria dengan lagu-lagu yang dimainkan, tidak berhenti melakukan pekerjaannya. Walaupun saat itu terjadi keadaan emergency, mereka tetap memainkan lagu KJ. 401 “Makin Dekat, Tuhan” dan memastikan para penumpang lebih tenang menghadapi keadaan. Akhir cerita yang tragis tidak bisa terelakkan, ketika seluruh kru menjadi korban demi menghibur para penumpang sampai kapal tenggelam.
Sobat Teruna, kita tidak dapat menghindari peristiwa kematian. Saat itu ada suasana dukacita karena perpisahan sementara dengan yang meninggal dunia dalam Kristus. Kita ikut menyanyikan lagu-lagu penghiburan. Namun demikian, di sisi lain kita harus menyadari bahwa mereka yang meninggal dalam Kristus telah berjumpa dengan Sang juruselamat. Jadi kita pun harus bersukacita atas hal itu dan jangan berlama-lama bersedih. Mari belajar bahwa duka itu tidak harus sedih. Duka bisa menjadi momen sukacita. It’s a good grief! So, maukah sobat Teruna move-on dan menjalani hidup dengan sukacita?
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini bisa berakar, tumbuh dan berbuah dalam kehidupan Sobat Teruna :
Ketika rasanya susah untuk let go dan move on dari orang-orang yang kembali kepada-Mu, hari ini aku belajar bersyukur bahwa mereka sudah bersama-Mu ya Tuhan dan mengalami kebahagiaan serta damai kekal.