top of page

BERBICARA DAN BERSEPAKAT


 

Kejadian 31 : 43 - 50

43 Lalu Laban menjawab Yakub: ”Perempuan-perempuan ini anakku dan anak-anak lelaki ini cucuku dan ternak ini ternakku, bahkan segala yang kaulihat di sini adalah milikku; jadi apakah yang dapat kuperbuat sekarang kepada anak-anakku ini atau kepada anak-anak yang dilahirkan mereka? 44 Maka sekarang, marilah kita mengikat perjanjian, aku dan engkau, supaya itu menjadi kesaksian antara aku dan engkau.” 45 Kemudian Yakub mengambil sebuah batu dan didirikannya menjadi tugu. 46 Selanjutnya berkatalah Yakub kepada sanak saudaranya: ”Kumpulkanlah batu.” Maka mereka mengambil batu dan membuat timbunan, lalu makanlah mereka di sana di dekat timbunan itu. 47 Laban menamai timbunan batu itu Yegar-Sahaduta, tetapi Yakub menamainya Galed. 48 Lalu kata Laban: ”Timbunan batu inilah pada hari ini menjadi kesaksian antara aku dan engkau.” Itulah sebabnya timbunan itu dinamainya Galed, 49 dan juga Mizpa, sebab katanya: ”Tuhan kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan. 50 Jika engkau mengaibkan anak-anakku, dan jika engkau mengambil isteri lain di samping anak-anakku itu, ingatlah, walaupun tidak ada orang dekat kita, Allah juga yang menjadi saksi antara aku dan engkau.”

Alkitab Terjemahan Baru © 1974, Indonesian Bible Society – Lembaga Alkitab Indonesia

 


Merasa kecewa pada pembagian tugas yang menurutnya tidak adil, Ari kesal dan menolak mengerjakan bagiannya dengan baik. Mendapat penghinaan dan perlakuan merendahkan dari Yola, diam-diam Lina memengaruhi teman-teman lain agar jangan mau berteman dengan Yola. Sobat Teruna, apakah di antara kita ada yang biasa menghadapi perselisihan dengan cara seperti Ari dan Lina? Kita diam, mengeluh, lalu melampiaskan kekesalan dengan berbuat buruk. Mungkin juga kita bukan menggunakan cara di atas tetapi dengan kekerasan verbal bahkan fisik. Intinya kita memakai cara-cara yang berdampak buruk pada diri sendiri, teman yang mengecewakan, bahkan orang lain yang tidak mengetahui persoalan yang ada.


Di tengah perselisihan dengan menantunya, Laban menyadari bahwa istri dan anak-anak Yakub sesungguhnya adalah anak-cucunya. Perselisihan kedua tokoh ini akan berdampak buruk terhadap mereka dan keluarga besar. Oleh karena itu, mereka berbicara baik-baik dan mengutarakan apa harapan masing-masing serta bersepakat untuk memenuhinya dengan sikap saling menghargai. Mereka juga melibatkan Allah menjadi saksi saat menyatakan janji masing-masing (ayat 50).


Sobat Teruna, mari sejenak merenungkan, selama ini kita menggunakan cara apa saat berselisih? Apakah kita memikirkan apa yang baik bagi semua orang, atau pikiran hanya tertuju kepada diri sendiri dan dengan perasaan destruktif membiarkan hati ini dikuasai kejahatan? Apakah kita mau merendah dan memulai untuk berbicara baik-baik, atau marah-marah, bersikap kasar bahkan menyimpan dendam? Belajar dari firman Tuhan hari ini, hadapilah masalah dengan niat tulus, berbicara baik-baik, masing-masing mengutarakan harapan-harapan satu sama lain, pikirkan kebaikan semua orang, buat kesepakatan yang saling menghargai dan libatkan Tuhan di dalam menjalaninya.

 

Berdoalah agar firman Tuhan hari ini bisa berakar, tumbuh dan berbuah dalam kehidupan Sobat Teruna :

Ya Tuhan, mohon penuhilah hatiku dengan niat baik dan berilah kemampuan untuk menyelesaikan perselisihan menggunakan cara yang baik bagi semua orang.

bottom of page