top of page

KATA PENGANTAR



Pernahkah kita membayangkan diri kita sebagai janin di rahim ibu kita? Apa yang kita lakukan? Tidak ada. Hanya diam di dalam kenyamanan dan kehangatan rahim. Tanpa melakukan apa pun, kita sebagai janin bisa bertumbuh dengan baik. Ibu yang baik sangat tahu bagaimana merawat janin di perutnya. Dia memberi asupan yang bergizi, menjaga dengan sangat berhati-hati, merawatnya dengan kasih. Demikianlah seharusnya kita sebagai teruna-teruna. Memberikan diri kita sepenuh-penuhnya untuk diasuh, dirawat dan dipelihara oleh Allah. Kalau seorang ibu tahu memberi yang terbaik bagi anak-anaknya, masakan Allah tidak? Ya, kita ibarat hidup di dalam rahim Allah. Bagian kita hanya percaya bahwa Allah yang akan memelihara kita.


Saya menuliskan Pengantar ini ketika virus Corona masih belum juga beranjak pergi dari bumi ini. Bahkan mereka yang terpapar semakin banyak. Ketika pemerintah DKI melakukan pelonggaran dengan menjadikan Pembatasan Sosial Berskala Besar menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar transisi menuju tatanan baru, banyak warga DKI yang tidak lagi mematuhi protokol kesehatan. Mereka mengadakan acara kumpul-kumpul tanpa protokol COVID-19. Mereka tidak menaati anjuran pemerintah. Ya, tidak taat terhadap pengaturan yang sudah dibuat. Akibatnya semakin banyak yang tertular dan terpapar virus ini.


Sobat Teruna, kita adalah janin di rahim Allah. Artinya kita tunduk mutlak kepada Dia. Secara rela kita menaati Dia karena pengaturan Allah pasti memberi kebaikan bagi kita, orang yang telah ditebus-Nya. Mari tetapkan hati kita untuk taat dan hidup sebagai anak-anak yang taat.



Salam ketaatan!


TIM REDAKSI

bottom of page