top of page

BERKATA BENAR ATAU ENAK DIDENGAR?



 

1 Raja-Raja 22 : 13-18

13 Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ”Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.” 14 Tetapi Mikha menjawab: ”Demi Tuhan yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan Tuhan kepadaku, itulah yang akan kukatakan.” 15 Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ”Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?” Jawabnya kepadanya: ”Majulah dan engkau akan beruntung, sebab Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.” 16 Tetapi raja berkata kepadanya: ”Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama Tuhan?” 17 Lalu jawabnya: ”Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu Tuhan berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.” 18 Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ”Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?”


Alkitab Terjemahan Baru © Indonesian Bible Society – Lembaga Alkitab Indonesia 1974, 2018.

 


Kalau pertanyaan di atas diajukan kepada Sobat Teruna, mana yang akan dipilih? Mungkin ada yang berkompromi, kalau bisa ya berkata benar dan enak didengar. Bagaimana bila kondisi yang benar itu ternyata tidak enak didengar? Apakah kita akan berbohong agar aman dan yang mendengar pun senang?

Raja Ahab dan Raja Yosafat memiliki rencana untuk memerangi Ramod-Gilead di wilayah Aram. Seperti biasa, mereka mencari restu Tuhan atas rencana itu melalui para nabi. Sayangnya, 400 nabi yang dikumpulkan itu adalah palsu. Mereka adalah penjilat raja dan selalu berkata apa yang enak didengarnya. Mereka bernubuat tentang kemenangan kalau kedua raja itu nanti berperang melawan Aram. Atas usulan Yosafat, maka didatangkanlah pula nabi Mikha. Walaupun sebenarnya Ahab tidak suka karena nabi Mikha selalu bernubuat yang buruk tentangnya. Mikha awalnya disuruh untuk berkata yang sama dengan para nabi lainnya. Ia menolaknya dengan tegas. Ia menempatkan diri sebagai nabi yang sejati. Nubuat Mikha justru berbeda. Ia membongkar kebohongan para nabi dan menubuatkan kematian Ahab, bukan kemenangan. Nubuat itu tentu membuat panas telinga Ahab. Walaupun demikian, mereka tetap maju berperang. Kalau kita baca kisah selanjutnya, benar apa yang dikatakan Mikha. Ahab mati di medan pertempuran.


Sobat Teruna, memang berkata yang benar terkadang menyakitkan hati orang lain. Kita juga bisa dimusuhi. Padahal kata-kata yang menyakitkan itu justru bisa menjadi sebuah kebaikan bagi orang tersebut, dari pada kita berkata yang enak didengar tetapi berdampak buruk dan merusak hidupnya. Itulah cara kita membangun hidup orang lain. Karena itu milikilah prinsip seperti Mikha, “Apa yang disampaikan Tuhan, itu yang akan aku katakan.” (HP)


 

Berdoalah agar firman Tuhan hari ini bisa berakar, tumbuh dan berbuah dalam kehidupan Sobat Teruna :

Ya Bapa Maha Pengasih, kiranya Engkau berkenan selalu memperlengkapi dan membuat aku berani untuk berkata yang benar di dalam hidup ini.

bottom of page