Sobat Teruna, tentu kita pernah bete atau bad mood yang menjadikan kita uring-uringan. Sedikit-sedikit kita marah; menggerutu, sehingga membuat orang di sekitar tidak nyaman. Belum lagi raut muka kita yang tiba-tiba berubah menjadi tidak bersahabat – tidak ceria sehingga membuat orang segan untuk menegur. Ah pokoknya paling bete kalau kita merasa bete dan paling bete melihat orang lain bete.
Sobat Teruna, Rasul Paulus meminta untuk tidak sering-sering bete. Kenapa? Karena bete akan menjadikan suasana hati kita buruk dan akhirnya berpengaruh buruk juga bagi sekeliling kita. Rasul Paulus menasihatkan dengan jelas dan tegas untuk bersukacita dan bersabar dalam kesesakan. Rasul Paulus ingin agar jemaat di Roma, dan kita juga, untuk memiliki sukacita dalam hati. Alasan Rasul Paulus mengatakannya karena pada saat itu jemaat di Roma mengalami penindasan oleh Kekaisaran Romawi. Walaupun mengalami penindasan, jemaat di Roma harus tetap bersukacita dan bersabar. Bukan untuk menafikkan kesedihan dan keterpurukan. Tapi kalau jemaat di Roma hanya menghabiskan waktu untuk bete karena situasi sulit, kapan mereka akan bersaksi tentang Injil Kristus? Bagaimana jemaat di Roma bisa bersaksi tentang sukacita Injil kalau muka dan diri mereka selalu menunjukkan kemuraman?
Sobat Teruna, berbagai hal kurang baik bisa membuat kita bete. Kita boleh merasa bete karena itu manusiawi. Tapi Rasul Paulus mengingatkan kita untuk tidak bete terlalu lama dan terlalu sering. Bete bisa merugikan diri sendiri karena akan berpengaruh pada kesehatan mental kita dan berpengaruh buruk bagi sesama. Daripada bete lebih baik woles dan tetap tersenyum walaupun kita terkadang harus mengalami hari buruk dan situasi yang sulit. (SS)
Berdoalah agar firman Tuhan hari ini bisa berakar, tumbuh dan berbuah dalam kehidupan Sobat Teruna:
Ya Tuhan, tolonglah agar jangan situasi sulit dan hari buruk mempengaruhi suasan hatiku. Biarlah hatiku tetap memancarkan sukacita