top of page

Kisah Kasih Versiku Terhadap Serigala Berbulu Domba


Permusuhanku dengan si ‘serigala berbulu domba’ bermula ketika aku satu kelompok dengannya, tepatnya di Tahun 2021, ketika aku masih duduk di bangku Kelas satu (Kelas 10) SMK. Dalam kelompok ini, dimana aku berada, jujur aku merasa tenang karena mempunyai ketua yang dapat diandalkan, begitupun para anggotanya yang terbiasa bergaul dengan satu sama lain, sebab kami berada di lingkaran pertemanan yang sama. Namun, betapa konyolnya diriku, ekspektasiku ternyata terlalu tinggi, bahkan karena kejadian inilah aku jadi tak ingin mengharapkan yang lebih dari orang lain. Sesudah tahap diskusi yang dilakukan sebelum syuting, maka kami pun tak menunda untuk melaksanakan produksi film pendek sesuai kesepakatan kelompok. Tetapi, sutradara utama dari tugas ini selama satu hari produksi, ia terlihat bermalas-malasan, sehingga kukira dia tidak sungguh-sungguh mengerjakan tanggung jawabnya. Akhirnya, benar saja dugaanku, dia sampai lupa akan bagianku dalam film pendek tersebut, yakni sebagai aktris tambahan, dan ia mengesampingkan hal itu, ditambah lagi ia tiada meminta maaf mengenai kecerobohannya yang berakibat tidak adanya adeganku dalam film pendek buatan kelompokku, serta hal ini pun seolah menyiratkan bahwa aku tidak bekerja bersama mereka dan tidak penting.


Sejak saat itu, aku merasa sakit hati akan perilakunya dan ingin sekali agar tidak pernah sekelompok dengan dirinya lagi. Akan tetapi, menjelang praktek kerja industri yang harus dilakukan oleh para pelajar di Kelas 11 (Kelas dua) SMK, aku kembali dipertemukan dengan sang ‘serigala berbulu domba’, apalagi kini ialah ketua kelompoknya. Aku hanya tertawa seperti aku baik-baik saja, padahal kesal adalah apa yang kurasakan sewaktu kudengar pengumuman kelompok, namun mau tidak mau, aku harus memberinya kesempatan kedua sebagai teman sekerja yang tergabung dalam satu tim. Bukannya membenci dia dengan berusaha menjatuhkan dia supaya ia disalahkan sebagai ketua tidak baik, melainkan aku mengasihinya dengan menolongnya menjadi ketua yang baik bagi anggota-anggota timnya. Contohnya, sewaktu pembuatan film pendek, aku membantu pencatatan adegan-adegan yang telah diambil, permohonan izin untuk lokasi-lokasi yang akan dipakai saat syuting, serta pengaturan jadwal pengerjaan tugas-tugas kelompok. Sampai-sampai, tak terasa sekarang kegiatan praktek kerja lapanganku akan segera berakhir dan mungkin aku akan berpisah dengan timku, termasuk dengan si ‘serigala berbulu domba’.


Dari pengalaman menjadi kawan sekelompok sejak Kelas 10 hingga Kelas 11, aku tak menyesali semua pengalamanku yang kujalani sebagai anggota di tim yang sama dengan dirinya, meski dipandang sebelah mata, diremehkan, dan sebagainya, aku tetaplah bersyukur karena aku bisa mengampuninya seiring waktu tanpa harus dimohon-mohon, mengasihinya sebagai teman dengan setulus mungkin, dan menolongnya agar mata dia terbuka akan segala hal yang baik bagi kelompok yang ia pimpin. Aku pun teringat bahwa dalam Alkitab juga tertulis perintah untuk mengasihi musuhmu, dan kurasa itulah yang sedang kucoba terapkan di kehidupanku. Menghadapi sang ‘serigala berbulu domba’ ini benar-benar harus amat sabar, aku pun pernah menangis akibat tekanan dari timku ini. Namun, aku berdoa meminta kesabaran dari Tuhan. Pada akhirnya, aku berhasil sabar dan bekerja bersama ketua kelompok dan anggota lainnya, serta karya-karya kelompok kami dapat terselesaikan dengan cara-cara yang tak kutahu bagaimana, tetapi Tuhan yang melancarkan apapun pekerjaan kami. Aku pun ingin berterima kasih karena Tuhan memampukanku melakukan 3M kepada dia.


Dari pengalamanku bermusuhan, namun harus mengasihinya di akhir, aku belajar untuk memberi kesempatan kedua bagi musuhku untuk membuktikan bahwa aku dapat percaya bahwa dia layak memperoleh kesempatan tersebut, sebab Tuhan Yesus Kristus sudah terlebih dahulu memberikan manusia kesempatan kedua dengan menebus dosa mereka di kayu salib. Aku belajar pula untuk meneladani Yesus Kristus, walau Ia dimusuhi orang-orang tertentu, Ia tetap mengasihi seluruh umat manusia tanpa pilih kasih. Tak lupa jua untuk bersabar terhadap satu sama lain, seberapapun mereka membuat kita marah, kesal, atapun benci, haruslah kita tahan dan bijaksana dalam perbuatan serta perkataan yang hendak kita keluarkan. Demi memperingati Jumat Agung dan Paskah, kita yang mengalami kepahitan dalam hidup ini, sepatutnya bertobat dan janganlah memusuhi sesamamu, tetapi jadilah manusia baru yang mengasihi sesama, kelak Tuhan akan senang sebab kita patuh akan perintah-Nya.

bottom of page