top of page

RATAPAN DAN DOA



 

Ratapan 1 : 12 – 17


12 Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah, apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan Tuhan kepadaku, untuk membuat aku merana tatkala murka-Nya menyala-nyala! 13 Dari atas dikirim-Nya api masuk ke dalam tulang-tulangku; dihamparkan-Nya jaring di muka kakiku, didesak-Nya aku mundur; aku dibuat-Nya terkejut, kesakitan sepanjang hari. 14 Segala pelanggaranku adalah kuk yang berat, suatu jalinan yang dibuat tangan Tuhan, yang ditaruh di atas tengkukku, sehingga melumpuhkan kekuatanku; Tuhan telah menyerahkan aku ke tangan orang-orang, yang tidak dapat kutentangi. 15 Tuhan membuang semua pahlawanku yang ada dalam lingkunganku; Ia menyelenggarakan pesta menentang aku untuk membinasakan teruna-terunaku; Tuhan telah menginjak-injak puteri Yehuda, dara itu, seperti orang mengirik memeras anggur. 16 Karena inilah aku menangis, mataku mencucurkan air; karena jauh dari padaku penghibur yang dapat menyegarkan jiwaku; bingunglah anak-anakku, karena terlampau kuat si seteru.” 17 Sion mengulurkan tangannya, tetapi tak ada orang yang menghiburnya; terhadap Yakub dikerahkan Tuhan tetangga-tetangganya sebagai lawan. Yerusalem telah menjadi najis di tengah-tengah mereka.


Alkitab Terjemahan Baru © Indonesian Bible Society – Lembaga Alkitab Indonesia 1974, 2018.

 


Sobat Wabah Covid-19 menghadirkan banyak kisah pilu. Seorang anak yang akhirnya harus hidup sebatang kara, karena kedua orang tuanya meninggal akibat serangan virus tersebut. Ratapan pilu darinya menyiratkan gambaran masa depannya yang suram. Seolah menjadi sedih yang tak berujung.


Sobat Teruna, seperti halnya ratapan anak yang kehilangan kedua orang tuanya tersebut bacaan Alkitab hari ini mengisahkan bagaimana pilunya ratapan Yeremia atas hancurnya Yerusalem. Yeremia sadar bahwa apa yang terjadi atas Yerusalem adalah karena dosa-dosa yang telah diperbuat Yehuda. Murka Allah memang pantas mereka terima. Bangsa-bangsa yang semula berteman dengan mereka, sekarang menjadi acuh tak acuh, bahkan bukan hanya tidak peduli, mereka kemudian mencibir nasib Yerusalem. Yeremia meratap, menangis, mencucurkan air mata, memohon belas kasihan Allah, karena menyadari bahwa tak ada yang mau menghibur mereka walaupun mereka telah mengulurkan tangan untuk meminta pertolongan. (ay 12-17)

Sobat Teruna, seperti kata pepatah; sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Karena perbuatan mereka, murka Allah meluap atas Yerusalem. Penderitaan dan kesengsaraan menjadi lagu keluh kesah. Kini, mereka ada dalam ratap tangis dan air mata. Seperti sebait lagu Ebit.G.Ade, Manjaring Matahari; “Tak ada yang dapat menolong, Selain yang di sana. Tak ada yang dapat membantu, selain yang di sana. Dialah Tuhan”. Hati dan perasaan Yerusalem boleh hancur, tapi tetap harus sadar bahwa Tuhan akan tetap dapat menolong.


Sobat Teruna, kembali kita diingatkan tentang bagaimana seharusnya sikap kita, jika berada di sekitar orang yang meratap karena hancur hatinya. Kita harus mengarahkan mereka agar tidak larut dalam kesedihan, melainkan harus mengakuinya di hadapan Allah dan memohon belas kasihanNya. (BMD)

 


Berdoalah agar firman Tuhan hari ini bisa berakar, tumbuh dan berbuah dalam kehidupan Sobat Teruna:


Doa: Tuhan, aku memohon belas kasihMu, jangan timpakan kemalangan bagiku, agar tiada ratap tangis dan air mata. "


bottom of page